Sabtu, 15 Mei 2010

Ceramah Aa Gym Part-1

CeramahAa Gym

6 Agustus 2009

@Ponpes DT

Al-Khalik, al- Baari’, al-Mushawir (Allah yang Maha Mencipta, Allah yang Maha Mengadakan yang tiada, dan Allah yang membentuk rupa)”

Holq ( Khalik) berarti mengukur atau memperhalus. Dan kemudian berkembang artinya menjadi; menciptakan tanpa ada contoh terlebih dahulu, karna Dia Maha Tahu segalanya dengan sempurna. Dialah pencipta segala sesuatu. Kita tidak mampu mencipta yang tidak ada. Kita hanya bisa merangkai. Kita jangan sampai terkecoh, kita hanya manusia ciptaan Allah. Jika kita sudah yakin dengan ciptaan Allah, kita jangan sampai lupa dengan yang menciptakannya. Asal kita niat ingin mengetahui siapa penciptanya, kita pun bisa ingat.

“Semua dunia berikut isinya diciptakan Allah buat kita” agar kita bisa mengerti kepada Allah. Jika hati kita sudah tersingkab, yang paling susah dalam hidup ini adalah lupa kepada Allah, karena hatinya selalu mengingat Allah. Jika mata melihat suatu benda, maka hati harus ingat kepada penciptanya. Ketika kita melihat lukisan, boneka, dan anggota tubuh, maka yang harus kita ingat adalah Allah. Maha Suci Allah yang menciptakan. Segala penciuman dan bentuk tubuh pun Allah yang mengatur.

Semua kekasih Allah tidak pernah lupa kepada-Nya, karena segala yang ia rasa, lihat dan dengar selalu dihubungkan kepada penciptanya. Dari bangun tidur sebaiknya kita mengucapkan hamdallah, karena Ia yang mengatur paru-paru kita untuk bernafas, mencium, menyusun tulang. Segala yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia. Banyak yang bisa kita tafakuri, seperti dalam surat al-Imran:. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam serta siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil dalam keadaan berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”

Ketika ia bercermin, ia akan berpikir bahwa tidak ada yang sia-sia. Semuanya tidak ada yang sia-sia. Angin, panas, udara, siang, malam, semua adalah rahasia Allah yang luar biasa. Seorang ahli lukis, ia bisa menyerap warna-warna yang bagus. Bila ia shalatnya bagus, maka shalatnya itu mampu membantunya dalam menemukan warna yang sesuai. Dari tabir rahasia ini seharusnya kita bisa belajar banyak dari aneka binatang. Sepasang ikan salmon jika mereka bertelur harus melewati perjuangan yang luar biasa dalam memperjuangkan anaknya. Begitu juga kupu-kupu, sepuluh hari ia tidak makan, lalu bermetamorfosa dan berubah menjadi indah dengan komposisi warna yang indah pula.

Hikmahnya dari contoh kupu-kupu tersebut adalah seperti halnya ramadhan, hanya saja kita satu bulan berpuasa, bukan sepuluh hari. Tapi, I’tikaf kita laksanakan dalam waktu sepuluh hari, itu pun kita malah banyak makan. Seharusnya kita gigih, sehingga seselesainya kepompong ramadhan, kita mampu menjadi pribadi yang indah, atau dari menjijikan menjadi indah. Seharusnya kita mentafakuri semua ini, karena segala perubahan tidak terjadi begitu saja, tetapi membutuhkan proses. Walau dalam prosenya berawal dari menjijikan, tapi keluar menjadi pribadi yang indah. Seekor kucing yang menggendong dan mengasuh anaknya, subhanallah jika kita mampu merenungkannya.

Seperti halnya kisah mengharukan dalam sebuah film dokumenter, kisah perjuangan seekor anak gajah yang terlahir lumpuh, dimana kafilah gajah disuruh pindah, tetapi ibunya tidak mau dan terus melindungi anaknya tersebut. Tapi yang menarik adalah kakak gajah itu, setelah ia bersiap untuk pergi bersama kafilah gajah, tapi ia tidak jadi pergi karena melihat adik dan ibunya yang sedang berjuang. Ia selalu melindungi dan membantu adiknya tersebut sampai berdiri, barulah mereka berangkat. Lantas siapakah yang menggerakan kepedulian tersebut? Maha Suci Allah. Lalu mengapa kita malah memperdayakan adik kita yang tidak bedaya? Bekal adik dihabiskan oleh kakaknya, masih mending gajah begitu peduli.

Seharusnya kita malu oleh binatang, mereka serba murni tidak ada yang direkayasa, kecuali bunglon yang selalu berubah warna. Bila diibaratkan bunglon tersebut seperti halnya manusia yang berpindah partai sesuai musimnya. Dan biasanya kita tidak begitu respect kepada orang yang tidak punya pendirian. Dari pada kita jalan-jalan ke Mal, lebih baik kita melihat Aquarium. Meski ikan itu tidak ada yang berpakaian, tetapi benar-benar menakjubkan. Mending pergi ke kebun binatang dan belajar di sana. Subhanallah, binatang-binatang itu bertasbih kepada Allah. Jika kita mempunyai waktu untuk belajar dari binatang-binatang tersebut, kenapa tidak? Karena tidak ada yang sia-sia. Seperti halnya janji Allah, yaitu “Allah menciptakan segala sesuatu itu untuk kita”. Contoh lain, burung yang terbang dengan cepatnya dan menjatuhkan kotorannyan tepat di atas kepala kita bukanlah suatu kebetulan, karena mustahil kecepatan burung bisa sama begitu saja dengan kecepatan jalan kita. Dan kita marah pun percuma, sebaiknya hal ini mampu ditafakuri. Allah Maha Tahu isi pikiran kita. Demi Allah, semua kejadian itu ada hikmahnya. Jika mata hati kita tidak terbuka, yang ada hanyalah emosi.

Bila di rumah kita banyak tikus atau bintang lain, maka semua ini ada maksudnya, yaitu mengingatkan kita akan kebersihan. Jika rumah kita bersih, Insya Allah tikuspun tidak akan betah berdiam di rumah kita. Sangat disayangkan, jika kita bergaul dengan segala mahluk tetapi kita tidak mampu mengambil hikmah dari semua itu. Allah menciptakan mereka semua yaitu untuk kita. Kita itu selalu disombongkan, padahal seorang pelari yang mendapatkan medali emas pun kecepatan larinya mampu ditandingkan dengan seekor kancil. Segagah apapun kita, jika dalam empat menit saja tidak diberi udara, maka akan meninggal. Padahal ada binatang yang mampu bertahan dalam waktu yang begitu lama tanpa bernafas.

Dari pada berpikir macam-macam, nonton sinetron atau yang tidak berguna lainnya, sebaiknya kita mengamati flora dan fauna. Lihatlah cicak yang tidak punya sayap, tapi yang ia makan adalah binatang yang mempunyai sayap. Tetapi cicak tersebut tidak protes, tapi ia tetap tenang walau hanya bisa menempel di dinding tanpa sepasang sayap. Ini adalah benar-benar ilmu, cecak sedang berada di sini, maka nyamuk pun menghampiri. Bukanlah cecak yang menghampiri nyamuk, karena tidak bisa dibayangkan bagaimana repotnya bila hal ini terjadi, mengingat cicak yang tak bersayap.

Sayangnya, jika kita melihat nyamuk yang ada kita gemas untuk menangkapnya. Padahal sebaiknya kita mampu mentafakuri semua ini. Berapa nyamuk yang mati di tangan kita sebelum ia menemukan makanannya. Ketika ia mencari makanan atau darah, jiwanya terancam dan tidak merasa tenang. Dan setelah mereka selesai makan pun mereka tidak tenang karena terus dikejar oleh kita yang merasa dendam kepada mereka. Padahal, jika kita mencari makan tidaklah sesulit mereka. Sayangnya mata hati kita tidak mampu menemukan makna atau hikmah dari semua ini.

Semua ilmu dan hikmah itu sudah melimpah di antara kita bagaikan emas, mutiara, dan berlian. Sayangnya mata hati kita tertutup dan tidak bisa mengambilnya. Inilah akibatnya bila kita tidak bermujahadah, tertutuplah mata hati ini dan hikmah-hikmah itu. Allah mengetahui isi hati kita. Allah tahu jika ada seorang pemuda yang takut akan anjing tapi ia berusaha menutupi rasa takutnya dengan berjalan tegak karena malu oleh seorang akhwat yang ada dihadapannya. Allah akan menggerakan segalanya, agar pemuda itu agar tidak uzub yaitu dengan menggerakan anjing itu agar mengejarnya.

Hikmah kita dikejar anjing yaitu kita mampu mengetahui seberapa jauh kecepatan lari kita. Kita tahu kita bisa loncat karena adanya suatu ancaman, itulah hikmah. Pokoknya rahasia Allah itu banyak. Asalkan kita sadar bahwa terjadinya suatu kejadian itu tak sebatas hanya kejadian. Dari sisi mana saja, kita mampu menemukan hikmah jika hati kita oleh Allah tercerahkan. Semua kejadian, contohnya jatuh dari tangga adalah rahasia Allah. Mudah-mudahan dengan keterampilan yang kita miliki, akan mempercepat kearifan dan keyakinan kita karena semua ini tidak diciptakan sia-sia.

Subhanallah…subhanallah…subhanallah! Allah menciptakan virus sekehendaknya, virus flu burung, flu babi, semua virus itu bertasbih kepada Allah. Dan virus itu bertugas tidak semaunya, tetapi Allah-lah yang mengaturnya. Janganlah kita bersibuk diri untung mencegahnya dengan masker, tapi berlindunglah kepada pemilik semua virus. Contohnya demam berdarah, hal itu adalah keinginan Allah agar kita selalu menciptakan lingkungan bersih. Dan berlindunglah kepada Sang Pencipta nyamuk tersebut. Nyamuk adalah mutlak ciptaan Allah, diurus oleh Allah, dan digerakan oleh Allah untuk menggigit kepada siapa yang Allah kehendaki.

Kenapa Allah menggerakan nyamuk untuk menggigit kita, padadahal kita tidak punya uang? Justu karena kita tidak punya uang, lalu kita diberi kemampuan untuk berobat kita ke rumah sakit. Pinjam sana, pinjam sisi, tapi akhirnya mampu terkumpul. Tapi buat bersedekah kita tidak bersikap begitu. Kita itu bisa menghimpun energi jika dalam keadaan kepepet. Kita jarang beribadah kepada Allah secara all-out. Atau dengan sakit tersebut kita mampu melihat perhatian dari orang-orang dan biayanya mampu tertutup. Allah membuat sakit itu, karena Allah pun tahu jalam keluar Permasaahannya. Kita mampu bahu-membahu untuk mencukupi biayanya.

Rahasia dari kejadian yang Allah takdirkan untuk kita adalah Ridho. Untuk apa marah, karena semua sudah ada rezekinya. Dan berniatlah untuk menyenangkan orang lain, kita lahir pun tanpa membawa uang dan mati pun kita tidak membawa apa-apa. Ketika kita mati, tidak ada satu pun harta yang kita bawa, yang telah kita perjuangkan siang malam. Maka tafakurilah dalam setiap kejadian apa saja. Ketika masuk ke mesjid, memintalah kepada Allah, meminta hikmah dan terus tafakuri. Jika berkaitan dengan musibah, maka kita harus ridho terlebih dahulu, karena semua ini adalah episode yang sudah harus terjadi. Lalu bongkar dosa apa kita, sehingga musibah ini menimpa.

Semuanya dikuasai Allah dengan sempurna. Tidak ada satu pun mahluk yang luput dari genggaman Allah. Virus, nyamuk, angin, bakteri, hujan semuanya milik Allah secara total. Selamat mengarungi samudera ilmu yang tidak bertepi. Syaratnya adalah mujahadah-lah, supaya hati ini bersih. Persiapkanlah Ramadhan dari sekarang. Carilah rezeki yang lebih cukup supaya bisa bersedekah lebih banyak. Jangan takut jika kita ingin sedekah. Allah pun tidak itung-itungan dalam mengurus kita. Janganlah terlalu banyak berpikir dan memilih dalam kita bersedekah. Jika kita akan bersedekah, sebaiknya dibaguskan dulu apa yang hendak kita kasih. Contoh, baju yang akan kita kasigh sebaiknya dicuci terlebih dahulu supaya bersih, karena kita pun tidak mau dikasih baju yang suah usang. Allah melihatketika kita memberikan yang terbaik.

Allah memiliki segala-galanya. Begitu pun dalam hal makanan. Jika kita sedang berbuka puasa bersama, makanan yang kita bawa itu seadanya, tapi kita mendapatkan makanan yang spesial dari orang lain. Allah akan mencatat apa yang kita perbuat. Janganlah menyebut-nyebut kebaikan kita, dan janganlah berkata dusta, karena semakin banyak janji akan semakin banyak melesetnya. Tidak usah banyak bicara, tapi mulailah mengumpulkan apa yang hendak kita sedekahkan. Segala sesuatu itu ada waktunya. Jagalah Izzah dan wibawa kita, dengan tidak selalu merepotkan orang lain. Jika kita tidak mempunyai harta, maka balaslah kebaikan orang lain dengan menyumbangkan tenaga kita. Kita harus tahu balas budi. Meskipun ini hal-hal kecil, biasanya suka mengkotori hati. Jika kita sudah punya amal, jangan suka diceritakan kepada siapa pun, diam dan lupakanlah.

Apa keuntungan kita, dengan menceritakan kebaikan yang kita perbuat? Mungkin orang lain hanya memuji, itu pun jika Allah menggerakannya untuk memuji. Allah Maha Tahu amalan kita. Cukuplah hanya Allah yang tahu, dan bonusnya adalah putus harapan dari mahluk. Jangan mengharapkan apapun, kecuali dari Allah agar kita tidak merasa tegang, cemas. Padahal, semuanya tidak bisa datang tanpa ijin Allah. Begitu pun dengan janji, semuanya terwujud jarena kehendak Allah, termasuk jangan percaya kepada janji laki-laki. Janganlah bersandar kepada siapa pun, cukuplah kepada Allah karena semuanya telah tercatat secara semurna. Jika kita ikhlas, maka kita akan dijamu dengan nikmat. Allah Maha Menyaksikan dan kebaikan kita akan dibalas dengan berlipat.

0 komentar:

Posting Komentar